Bacaan Alkitab : Yesaya 50 : 4 – 9

Penderitaan tidak dapat dapat dihindari,bahkan sangat mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan Allah. Jika kita menyingkapinya bersama Allah,maka kita dimampukan semakin memiliki hubungan hubungan yang berkualitas dengan-Nya. Namun,jika kita meyingkapinya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri,secara otomatis kualitas hubungan kita dengan Allah akan semakin pudar. Hal ini disebabkan kita cenderung menyalahkan Allah yang tidak peduli,sehingga penderitaan itu hadir.

Teks kita ini disampaikan saat umat Israel hidup di masa pembuangan; sebagai nubuat Mesias yang akan datang menyelamatkan umat Israel. Kedatangan Mesias itu digambarkan dalam rupa seorang Hamba yang setia di tengah penderitaan. Ditunjukkan dengan jelas bagaimana “Hamba Tuhan” itu melewati penderitaan. Ia mampu menyikapinya dengan benar. Ia mampu untuk tatap memiliki “Lidah seorang murid”(semua perkataan Allah dari mulutnya memberi semangat baru setiap orang yang mendengarnya) dan “mendengar sebagai seorang murid” (berbuat dan bertindak sesuai tuntunan Tuhan0. Kesetiaannya sebagai seorang Hamba ditengah tekanan berat membuat ia mampu merasakan pertolongan Allah. Nubuat ini juga mengingatkan umat Israel agar menyikapi penderitaan dalam ketaatan kepada Allah. Umat dipanggil menjadi hamba yang setia,agar dapat merasakan pertolongan Allah.

Nubuat nabi Yesaya ini, semuanya terwujud nyata dalam kehadiran Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita lewat Karya Penderitaan-Nya. Karena itu patutlah kita belajar untuk mampu menyikapi penderitaan dengan benar. Ini tidak mudah,sebab kita harus menyerahkan seluruh hidup hanya kepada Tuhan. Sebagai manusia kita harus mengakui ketidak-berdayaan kita dihadapan-Nya,sehingga kita mampu menerima kekuatan dari Tuhan. Ya,diperlukan pengosongan diri. Yaitu keberanian untuk mengosongkan pikiran dan keinginan kita sebagai manusia; dan membiarkan kehendak Tuhan masuk serta tinggal dalam diri kita. Yakinlah,pengosongan diri bagi Tuhan akan membawa Damai Sejahtera dalam hidup.